MASALAH-MASALAH HAID 1
- Amenorea ,Amenorea adalah keadaaan tidak terjadinya menstruasi pada seorang wanita. Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan dan menyusui, dan setelah menopause
- Menoragia 
 Siklus menstruasi yang normal berlangsung antara 21-35 hari, selama 2-8 hari dengan jumlah darah haid sekitar 25-80 ml/hari. Menoragia merupakan suatu kelainan menstruasi dimana perdarahan menstruasi
- Oligomenorea 
 Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari, dengan lama keluarnya darah haid berlangsung selama 2-8 hari. Tidak semua wanita mengalami siklus menstruasi yang teratur setiap bulannya. Kelainan pada
- Polimenorea 
 Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari, dengan lama keluarnya darah haid berlangsung selama 2-8 hari. Tidak semua wanita mengalami siklus menstruasi yang teratur setiap bulannya. Kelainan pada
Definisi Amenorea 
 Amenorea adalah keadaaan tidak terjadinya menstruasi pada  seorang wanita.  Hal  tersebut normal terjadi pada  masa sebelum pubertas, kehamilan dan  menyusui, dan setelah menopause.  Siklus menstruasi normal meliputi  interaksi antara komplek  hipotalamus-hipofisi-aksis indung telur serta  organ reproduksi yang  sehat (lihat artikel menstruasi).  Amenorea sendiri terbagi dua, yaitu:
Amenorea adalah keadaaan tidak terjadinya menstruasi pada  seorang wanita.  Hal  tersebut normal terjadi pada  masa sebelum pubertas, kehamilan dan  menyusui, dan setelah menopause.  Siklus menstruasi normal meliputi  interaksi antara komplek  hipotalamus-hipofisi-aksis indung telur serta  organ reproduksi yang  sehat (lihat artikel menstruasi).  Amenorea sendiri terbagi dua, yaitu:- Amenorea primer
Amenorea  primer adalah keadaan tidak terjadinya  menstruasi pada wanita usia 16  tahun. Amenorea primer terjadi pada 0.1 –  2.5% wanita usia reproduksi
- Amenorea sekunder
Amenorea  sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi  selama 3 siklus (pada  kasus oligomenorea <jumlah darah menstruasi  sedikit>), atau 6  siklus setelah sebelumnya mendapatkan siklus  menstruasi biasa. Angka  kejadian berkisar antara 1 – 5%
Penyebab
Penyebab tersering dari amenorea primer adalah:
- Pubertas terlambat
- Kegagalan dari fungsi indung telur
- Agenesis uterovaginal (tidak tumbuhnya organ rahim dan vagina)
- Gangguan pada susunan saraf pusat
- Himen imperforata yang menyebabkan sumbatan keluarnya darah menstruasi dapat dipikirkan apabila wanita memiliki rahim dan vagina normal
Gambar 1. Himen Imperforata
Penyebab  terbanyak dari amenorea sekunder adalah kehamilan,  setelah kehamilan,  menyusui, dan penggunaan metode kontrasepsi  disingkirkan, maka penyebab  lainnya adalah:
- Stress dan depresi
- Nutrisi yang kurang, penurunan berat badan berlebihan, olahraga berlebihan, obesitas
- Gangguan hipotalamus dan hipofisis
- Gangguan indung telur
- Obat-obatan
- Penyakit kronik dan Sindrom Asherman
Gambar 2. Komplek hipotalamus-hipofisi-aksis indung telur
Tanda dan gejala
Tanda  amenorea adalah tidak didapatkannya menstruasi pada usia  16 tahun,  dengan atau tanpa perkembangan seksual sekunder (perkembangan  payudara,  perkembangan rambut pubis), atau kondisi dimana wanita  tersebut tidak  mendapatkan menstruasi padahal sebelumnya sudah pernah  mendapatkan menstruasi.   Gejala  lainnya tergantung dari apa yang menyebabkan  terjadinya amenorea.  Perkembangan pubertas pada wanita normal  digambarkan melalui Stadium  Tanner yaitu :
| Usia | Perkembangan  Payudara | Perkembangan   Rambut Pubis | Stadium Tanner  (Perkembangan Payudara) | Stadium Tanner  (perkembangan rambut Pubis) | 
| Pertumbuhan Awal (8-10 tahun) | Papila payudara  mulai menggunung | Belum ada rambut pubis | 1 | 1 | 
| Thelarche (9-11) | Seperti Adrenarche  untuk Stadium 2 | Seperti Adrenarche  untuk Stadium 2 | 2 | 1 | 
| Adrenarche (9-11) | 2 | 2 | ||
| Puncak Pertumbuhan  (11-13) | 3 | 3 | ||
| Menarche  (12-14) | 4 | 4 | ||
| Dewasa  (13-16) | 5 | 6 | 
Pemeriksaan  Penunjang
Pada  amenorea primer, apabila didapatkan adanya perkembangan  seksual  sekunder maka diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi  (indung  telur, rahim, perlekatan dalam rahim) melalui pemeriksaan USG,   histerosalpingografi, histeroskopi, dan Magnetic Resonance  Imaging  (MRI). Apabila tidak didapatkan tanda-tanda perkembangan  seksualitas  sekunder maka diperlukan pemeriksaan kadar hormon FSH dan  LH.
Setelah kemungkinan kehamilan disingkirkan pada amenorea  sekunder, maka dapat dilakukan pemeriksaan Thyroid  Stimulating Hormone  (TSH) karena kadar hormon tiroid dapat  mempengaruhi kadar hormon  prolaktin dalam tubuh. Selain itu kadar hormon  prolaktin dalam tubuh  juga perlu diperiksa. Apabila kadar hormon TSH  dan prolaktin normal,  maka Estrogen / Progestogen Challenge  Test  adalah  pilihan untuk melihat kerja  hormon estrogen terhadap lapisan  endometrium dalam rahim. Selanjutnya  dapat dievaluasi dengan MRI.
Terapi                                                                                                                                                                                              
Pengobatan  yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorea  yang dialami,  apabila penyebabnya adalah obesitas, maka diet dan  olahraga adalah  terapinya. Belajar untuk mengatasi stress dan menurunkan  aktivitas  fisik yang berlebih juga dapat membantu.  Terapi   amenorea diklasifikasikan berdasarkan penyebab saluran reproduksi atas   dan bawah, penyebab indung telur, dan penyebab susunan saraf pusat.
A.      Saluran reproduksi
- Aglutinasi labia (penggumpalan bibir labia) yang dapat diterapi dengan krim estrogen
- Kelainan bawaan dari vagina, hymen imperforata (selaput dara tidak memiliki lubang), septa vagina (vagina memiliki pembatas diantaranya). Diterapi dengan insisi atau eksisi (operasi kecil)
- Sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser. Sindrom ini terjadi pada wanita yang memiliki indung telur normal namun tidak memiliki rahim dan vagina atau memiliki keduanya namun kecil atau mengerut. Pemeriksaan dengan MRI atau ultrasonografi (USG) dapat membantu melihat kelainan ini. Terapi yang dilakukan berupa terapi non-bedah berupa dilatasi (pelebaran) dari tonjolan di tempat seharusnya vagina berada atau terapi bedah dengan membuat vagina baru menggunakan skin graft
- Sindrom feminisasi testis. Terjadi pada pasien dengan kromosom 46, XY kariotipe, dan memiliki dominan X-linked sehingga menyebabkan gangguan dari hormon testosteron. Pasien ini memiliki testis dengan fungsi normal tanpa organ dalam reproduksi wanita (indung telur, rahim). Secara fisik bervariasi dari wanita tanpa pertumbuhan rambut ketiak dan pubis sampai penampakan seperti layaknya pria namun infertil (tidak dapat memiliki anak)
- Parut pada rahim. Parut pada endometrium (lapisan rahim) atau perlekatan intrauterine (dalam rahim) yang disebut sebagai sindrom Asherman dapat terjadi karena tindakan kuret, operasi sesar, miomektomi (operasi pengambilan mioma rahim), atau tuberkulosis. Kelainan ini dapat dilihat dengan histerosalpingografi (melihat rahim dengan menggunakan foto roentgen dengan kontras). Terapi yang dilakukan mencakup operasi pengambilan jaringan parut. Pemberian dosis estrogen setelah operasi terkadang diberikan untuk optimalisasi penyembuhan lapisan dalam rahim
- Gangguan Indung Telur
- Disgenesis gonadal. Disgenesis gonadal adalah tidak terdapatnya sel telur dengan indung telur yang digantikan oleh jaringan parut. Terapi yang dilakukan dengan terapi penggantian hormon pertumbuhan dan hormon seksual
- Kegagalan Ovari Prematur. Kelaianan ini merupakan kegagalan dari fungsi indung telur sebelum usia 40 tahun. Penyebabnya diperkirakan kerusakan sel telur akibat infeksi atau proses autoimun
- Tumor ovarium. Tumor indung telur dapat mengganggu fungsi sel telur normal
- Gangguan Susunan Saraf Pusat
- Gangguan hipofisis. Tumor atau peradangan pada hipofisis dapat mengakibatkan amenorea. Hiperprolaktinemia (hormone prolaktin berlebih) akibat tumor, obat, atau kelainan lain dapat mengakibatkan gangguan pengeluaran hormon gonadotropin. Terapi dengan menggunakan agonis dopamin dapat menormalkan kadar prolaktin dalam tubuh. Sindrom Sheehan adalan tidak efisiennya fungsi hipofisis. Pengobatan berupa penggantian hormon agonis dopamin atau terapi bedah berupa pengangkatan tumor
- Gangguan hipotalamus. Sindrom polikistik ovari, gangguan fungsi tiroid, dan Sindrom Cushing merupakan kelainan yang menyebabkan gangguan hipotalamus. Pengobatan sesuai dengan penyebabnya
- Hipogonadotropik, hipogonadism. Penyebabnya adalah kelainan organik dan kelainan fungsional (anoreksia nervosa atau bulimia). Pengobatan untuk kelainan fungsional membutuhkan bantuan psikiater
No comments for "MASALAH-MASALAH HAID 1"
Post a Comment